Saya bisa ditemukan di

25 Okt 2011

Monolog Saya tentang Kamu dan Saya

-


Tahu kamu saya mau kamu tahu saya mau
Tahu saya kamu mau saya tahu mau
Kamu tahu mau saya kamu mau
Kamu mau saya kamu tahu mau
Saya mau kamu mau
Saya tahu kamu mau
Kamu mau saya
Saya mau kamu
Kamu tahu
Saya mau

14 Okt 2011

Anything could be happen if we try harder

Belakangan sering berfikir*atau lebih tepatnya menggunakan juga akhirnya otak yang mulai menciut ini =_=* bahwa saya sudah sangat sering wasting time. Wasting time saya sih bukan hanya soal tidak mengerjakan tugas atau menunda-nunda tugas. Tapi wasting time saya paling besar adalah mempertahankan perasaan galau. Yeah GALAU, istilah baru untuk para manusia yang doyan mempertahankan perasaan gundah gulana akan ke mana hidupnya ini. Jujur ini perasaan yang paling tidak ingin saya rasakan atau bahkan punyai. Tau kenapa? Kareana galau membuat segala yang yang ingin saya lakukan serasa tidak mungkin dan patah bahkan sebelum berkembang.

Perasaan ini saya pelihara ternyata sejak 3 salah empat tahun lalu. GEEZ bahkan dimulai sejak awal saya kuliah. Pathetic, ya  sangat, semacam perasaan yang mendarah daging sehingga saya justru semakin mundur bukannya maju.

Padahal saya Cuma butuh satu kata
 
TEGA

Ya tega, tega untuk meninggalkan rasa galau., Tega untuk menghancurkan rasa ragu. Tega untuk mengatakan tidak pada kata tidak itu sendiri. Suatu usaha yang bahkan terasa amat mustahil rasanya.

Kemarin ketika menonton Golden way-nya si bapak superrrr, Mario Teguh. Saya mendengar beliau berkata tentang betapa analogi kekeraskepalaan kita itu seperti baja yang akan ditempa menjadi pedang. Baja yang keras akan menghasilkan pedang yang bisa mematahkan besi lain tapi baja yang terlalu keras justru tidak akan dipakai oleh pandai besi karena terlalu sulit untuk dibentuk. Mendengar itu saya seperti disentil, Baja seperti apa saya ini. Apakah baja yang begitu kerasnya sampai harus dibuang karena sulit dibentuk oleh pandai besi pengalaman. Atau justru saya sedang berada pada proses desain sebelum ditempa menjadi pedang yang kuat.

Saya tidak ingin mengakhiri post galau ini dengan sebuah pertanyaan galau yang baru
Saya lebih suka mengakhirinya dengan sebuah pesan optimistik

Bila saya ini baja maka saya adalah baja yang sedang ditempa. Bila proses itu terlalu lama saya harus mencari katalis untuk mempercepat proses penempaan ini. Dan bila saya masi juga galau maka saya harus meyakini diri saya bahwa dengan galau artinya saya masih berusaha memperbaiki diri karena bila saya tidak galau sama sekali berarti hidup itu akan flat. Dan life is never flat kan :D

1 Okt 2011

Dongeng Pangeran dan Putri Penyihir

Teman, aku memiliki sebuah dongeng, kau boleh percaya boleh tidak. Tapi yakinlah setelah kau mendengar ini maka kau pasti tau apa yang kau cari selama ini.


Cerita ini dimulai dari sebuah negeri, di mana kerajaan yang teramat masyur. Pada negeri tersebut hidupnya seorang raja dan anaknya, seorang pangeran tampan. Ketampanan Sang Pangeran begitu terkenal seantero dunia. Banyak sudah kerajaan dari negeri seberang yang menawari pangeran untuk menikahi putri mereka. Namun satu persatu para calon pendamping itu mundur dengan teratur.


            Rakyat negeri itupun bertanya-tanya, apakah ada gerangan sehingga pangeran yang begitu mereka cintai hingga saat ini belum memilih calon permaisuri. Pernah satu kali datang rombongan dari negeri di timur jauh. Sang putripun dibawa serta dalam rombongan untuk dijodohkan dengan sang pangeran. Konon menurut kabar yang berhembus putri tersebut putih bagaikan salju dan apabila tersenyum warna pipinya mengingatkan orang akan apel yang mulai memerah, begitu segar sehingga semua yang memandangnya akan merasa senang dan ikut bersemangat. Tapi rombongan hanya bertahan satu malam lalu pergi meninggalkan  negeri itu dengan terburu-buru. Bahkan kereta kuda sang putri menjadi tertutup seperti peti yang membawa benda yang berbahaya.


            Lain waktu kembali datang rombongan pelamar seorang putri dari kerajaan di Utara. Sang putri dikenal sebagai seorang kesatria karena telah ikut bertempur melawan Suku Barbar yang menghancurkan perbatasan negerinya. Putri itu  datang dengan berkuda, seekor kuda putih yang anggun, seanggun penunggangnya. Cantik adalah pasti bagi seorang putri namun keteguhannya ketika berkuda memberi nuansa keagungan tersendiri. Sejenak Rakyat yakin penantian pangeran akan berakhir, tetapi ternyata tidak. rombongan putri inipun pergi. Mereka hanya bertahan satu malam sama seperti rombongan sebelumnya, dan ketika pulang tidak ada seorang putri yang teguh. Hanya kereta kuda yang tertutup.


            Rombongan pelamar terus berdatangan datang satu persatu. Kemudian silih berganti pergi. Bila mereka tiba dengan gegap gempita dan rasa percaya diri yang tinggi. Tapi keriuhan itu hanya bertahan sebentar untuk berganti sepi. Bahkan derap kudapun terasa pelan.
 

            Lama negeri tersebut akhirnya menjadi murung. Semurung Pangeran yang tidak bisa mendapatkan pasangan hidup. Benarkah pangeran tidak bisa mendapatkan pasangan hidup. Ternyata Sang Pangeran bukannya tidak bisa mendapatkan pasangan hidup. Tapi pangeran takut untuk memilih mereka.


            Setiap Putri yang disodori padanya sudah jatuh cinta padanya hanya melihatnya dari lukisan di dinding istana. Sang pangeran pun langsung bisa mencintai tuan putri walau baru melihat wajahnya. Hanya saja setiap pangeran merasakan adanya perasaan cinta maka dengan serta merta putri itu berubah menjadi buruk rupa. Sehingga putri-putri itu segera bergegas pergi sebelum menemui pangeran. Selalu demikian terjadi hingga akhirnya raja tidak lagi menerima utusan yang ingin mendatangkan rombongan pelamar. 


            Kabar tentang pangeran menyebar juga ke seantero negeri. Dikatakan para putri yang datang melamar semua yang cantik berubah menjadi buruk rupa sehingga akhirnya mereka merasa malu sebelum bertemu pangeran. Mereka lalu memilih pergi sebelum bertemu pangeran. Kabar burung mengatakan bahwa pangeran telah dikutuk oleh seorang penyihir karena pangeran dulu sering berburu dan membunuhi hewan yang ada di sana. 


            Raja mendengar kabar tersebut. Hatinya sangat terluka. Melihat  hal ini, pangeran akhirnya memutuskan untuk mencari tahu apa sebab kemalangan yang menimpanya ini. Untuk itu dia meminta izin pada raja untuk dapat pergi berkelana mengelilingi negeri untuk mencari jawaban atas masalah yang menderanya.


            Setelah pamit, pangeran pergi berkelana dari satu desa ke desa lain mengelilingi seluruh negeri sebagai orang biasa. Hingga akhirnya sampai di sebuah hutan pangeran pertemu dengan singa. Singa itu hampir membunuh pangeran. Tubuh pangeran luka luka dan wajahnya tercabik. Untunglah ada seorang pemuda melewati tempat pangeran terbujur sekarat, ia lalu menyelamatkannya. Pemuda itu membawa pangeran di pondoknya untuk diobati.  Pangeran sangat berterima kasih. Sebagai ucapan terima kasih pemuda itu meminta pangeran menikahi adiknya. Pangeran pun menikah dengan adik orang tersebut dan mereka hidup bahagia selamanya.
           
            Ya cerita ini berakhir di sini. Kau pasti bertanya bagaimana dengan kutukan pangeran, apakah hilang. Tahukah kau teman, makna bahagia selama tidaklah selalu berarti kutukannya hilang. Karena sebenarnya kutukan itu tidak akan ada bila pemicunya tidak ada.

            Ya pangeran sebenernya menikah dengan gadis yang mengutuknya.
Pangeran tadi tidak pernah bisa menemui putri yang akan dinikahinya karena telah menerima kutukan dari seorang gadis penyihir yang sakit hati karena tidak pernah mendapatkan cinta yang tulus dari orang-orang yang melamarnya sehingga dia mengutuk para pria dan wanita yang jatuh cinta hanya pada penampilan yang terlihat saja bukan dari hatinya.
   
         Kau tentu kembali bertanya bagaimana kisah kerajaannya. Ah pangeran akhirnya memilih tinggal dengan istrinya dan meminta pemuda yang menolongnya yang tidak lain tidak bukan adalah kakak dari istrinya menggantikannya.


            Inilah kisahku teman. Maka janganlah kau hanya melihat dari apa yang terlihat. Terkadang kenyataan memang menyakitkan




Realty Black