Saya pertama mem-post cerita ini pada situs kemudian.com setelah akhirnya diperbaiki dan dirubah sana-sini. Agak cukup puas dengan hasilnya walaupun masih jauh dari sempurna.
Inti ceritanya sebenarnya tentang bagaimana para user di K.com, sebutan saya dan mungkin beberapa yang lain di kemudian.com terhadap situs ini, menanggapi komentar para pembaca ceritanya. Terkadang sebuah cerita bisa mendapat perhatian yang sangat tinggi, baik oleh isi ataupun karena orang tersebut sudah dikenal. nah di sini saya mengangkat tema bagaimana seorang penulis menanggapi reaksi pembacanya atas karya yang dia buat, mau karya itu sudah seratus persen jadi ataupun masih setengah-setengah teknik dan pengembangannya. Walaupun saya termasuk yang setengah-setengah dalam membuat sebuah tulisan saya tapi jarang mendapat reaksi seperti yang terjadi pada tokoh di cerita ini, apa mungkin karena saya kurang terkenal ya?
-----------------------
Tepat kemarin saat aku memasukkan cerita di Kemudian.com. Sedikit dagdigdug, saya bernafas dalam. Bagaimana hasilnya kita tunggu saja besok. Saya segera keluar dari laman website kemudian lalu mematikan koneksi internet dan komputer.
Besoknya, kembali saya buka laman kemudian.com. Saya mau mengecek cerita yang saya kirim kemarin. Hanya sebuah cerita tentang anak kecil yang saya lihat di depan rumah mengambil sampah dengan tambahan sedikit banyak imajinasi. Hasilnya cerita ini berubah seperti Star Wars yang bercampur dengan Harry Potter.
Apa mereka akan suka ceritaku?
Di layar laman kemudian.com mulai tampil. Masih memuat halaman web,
Hm sudah dapat berapa komentar ya!
Sekarang sedang mentransfer data, tinggal sedikit lagi.
Bagaimana kalau tidak ada yang komen sama sekali.
Berjuta cara, ah terlalu berlebihan sebenarnya hanya beberapa, mulai terpikir untuk dilakukan jikalau memang tdak ada satu user pun memberi komen kepada saya. Mungkin meminta mereka mengomentari saya, atau memberi komentar lalu meminta mereka balik komentar, atau mengirim pesan lewat Yahoo Messanger agar membaca link yang saya berikan.
Terbuka juga sepenuhnya laman dari kemudian.com. Di bagian kanan bawah sudah ada sekitar 19 notifikasi, meminta untuk dilirik. Apakah semuanya berasal dari postingan saya atau balasan atas komentar saya kemarin, saatnya mencari tahu. Tangan saya meluncur menggerakkan mouse meng-klik icon tersebut. Muncul beberapa nama dan sedikit komentarnya, sepertinya tidak baik. Saya pilih salah satu komentar tersebut. Dan ternyata, dari sepuluh komentar yang masuk tiga diantaranya memuji dengan berkata bagus dan sisanya mengkritik dengan amat sangat pedas, bahkan gulai nangka bikinan ibu saya kalah pedasnya. Mulai dari katanya saya ini tidak pernah buka KBBI lah, gara-gara saya menulis seterah alih-alih terserah. salah saya memang, maklum kebiasaan. Komentar berikutnya mengatakan cerita yang meloncat-loncat. Apa sih salahnya membuat cerita terpotong-potong, toh saya memang akan menceritakannya di postingan kedua dari cerita ini. Bahkan ada yang mengatakan postingan ini tidak bermutu, hanya karena saya menulis sesuatu yang sebenarnya sudah umum.
Sempat terpikir untuk membalas mereka dengan nada, eh maksud saya tulisan yang sama pedasnya atau malah mengotori lapaknya sehingga dia merasa terganggu dan mulai beranjak kakinya dari situs ini. Pikiran jahat yang lain mulai bermunculan seiring kursor yang diturunkan ke bawah guna membaca komentar selanjutnya. Di antara komentar-komentar itu ada juga balasan di bawahnya. Sebagian dari user yang saya kenal sebagian lagi dari user yang mungkin dia pernah kotori lapaknya, atau mungkin juga dari user yang merasa hak saya ditindas, Saya merasa sangat diperhatikan oleh user-user tersebut. Tetapi mungkin juga mereka membela saya karena sampai detik saya membaca komentar tersebut, belum ada satu katapun terkirim oleh saya guna membalas atau sekedar meluruskan masalah.
Puas membacanya saya pun menulis balasannya, begini lah isinya :
Tidak akan ada cacian balasan
Tidak akan ada komentar tidak mengenakkan.
Yang ada hanya terima kasih,
Mungkin Anda tidak tahu komentar di post ini
Suatu saat bisa menghasilkan penulis yang besar.
Meski belum tentu saya atau bisa saja kita semua
Dan atas jasa yang mungkin akan terwujud
Hanya terima kasih yang bisa saya ucapkan.
Terakhirnya mau ditulis sincerely Sekar88, tapi malah jadi terasa seperti menulis surat
------------------------------------
hal yg besar tidak akan ada jika tdk d awali dr hal yg kecil..
BalasHapuscobalah tuk peduli pada setiap pujian yg datang, dan cobalah tuk menelaah kritikan yang menghampiri meski pedasnya mengalahkan masakan padang yg terkenal itu :D
Dikritik bukan b'arti gagal, kritikan merupakan ungkpn dr paribadi orang yg sifatnya subjektif, jika hal itu menyurutkan semangatmu maka cobalah bandingkan dengan kata2 semangat yg ditujukan padamu. jgn abaikan kritikan yg datang, itu merupakan suatu bntuk kpedulian yg d ungkpkn dgn bahasa yg terkadang sulit kt terima, namun itulah salah satu tanda jika mereka (*kritikus) peduli dan menginginkan suatu hal yg lebih dari dirimu..
(kepanjangan nih...) ^^
just do ur best, fren!
Semangat, Ceng!!
sip sip...!
BalasHapussetuju dengan anonim di atas...!